Bahasa : Sarana Berpikir Ilmiah

Berpikir ilmiah, dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang lebih luas, bertujuan memperoleh pengetahuan yang benar atau pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita manusia jelas memerlukan sarana atau alat berpikir ilmiah. Sarana ini bersifat niscaya, maka aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Dengan perkataan lain, sarana berpikir ilmiah memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah dengan baik, teratur dan cermat. Oleh karena itu, agar ilmuwan dapat bekerja dengan baik, dia mesti menguasai sarana berpikir ilmiah.
Ada tiga sarana berpikir ilmiah, yakni bahasa, matematika, dan statistika. Bahasa, dalam konteks ini, memungkinkan manusia berpikir secara abstrak, sistematis, teratur dan terus-menerus dan menguasai pengetahuan. Dengan bahasa, manusia berbeda dari binatang, bisa memikirkan dan membicarakan objek-objek yang tidak berada di depan matanya. Kehidupan dunia yang kompleks dibahasakan dalam penyataan-pernyataan yang sederhana dan bisa dimengerti. Bahasa pun menjadikan kita dapat mengomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Ringkasnya, bahasa membantu ilmuwan berpikir ilmiah, yaitu berpikir induktif dan deduktif. Dengan perkataan lain, bahasa menjadi alat baginya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan induktif maupun deduktif. Bahasa memungkinkan ilmuwan melaksanakan silogisme dan menarik kesimpulan atau pengetahuan ilmiah.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hubungannya dengan konsep ilmiah, tidak jauh dari penjelasan singkat di atas. Dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka kita bisa menggunakannya dalam beberapa karya ilmiah, misalnya skripsi dan tesis ataupun juga dalam mengemukakan pendapat.

Renungkanlah....


Dalam ramalan seorang sufi binatang buas di akhir zaman akan mengalami kepunahan. Namun, sifat-sifat binatang tersebut akan tetap utuh. Bahkan, akan melekat pada diri manusia.

Ramalan ini memang terbukti dengan --salah satu contohnya, bagaimana gemarnya manusia modern mengembel-embeli setiap kalimat dalam berujar sapa dengan nama-nama binatang. Sepertinya sudah tidak asing di telinga. Ada orang yang berkata: "Babi, Kamu!", "Monyet Kamu!"

Penilaian kaum sofis terhadap sikap manusia seperti tersebut di atas adalah: manusia --kapan, siapa, dan di mana pun, akan mencitrakan apa yang diucapkannya. Ucapan memang bisa direkayasa semudah membuat telur dadar dalam wajan. Namun, rekayasa ucapan tidak berlaku ketika manusia berada dalam keadaan responsibilitas yang tinggi. Apa pun yang diucapkan oleh manusia merupakan refleksi jiwa manusia itu sendiri.

Jika ucapan sudah menebar kebinatangan maka akan mempengaruhi tingkah manusia. Di zaman kita sudah menjadi rahasia umum tingkah-tingkah binatang menebar dan menyebar hampir memenuhi setiap relung dan sudut ruang kehidupan. Tidak tahu malu menyelesaikan setiap masalah dengan perang dan adu jotos, bebal, sulit diatur, egosentris, tidak sopan, biadab, main hakim sendiri, menipu, mengelabui musuh, kepura-puraan/mimikri, dan potensi-potensi kebinatangan lainnya.

Seorang Thomas Aquinass pernah berpendapat sikap dan perilaku manusia tidak diturunkan secara genetika melainkan ditransformasikan secara sosio-kultural. Animalisasi dalam kehidupan tidak diturunkan dari generasi satu ke generasi selanjutnya secara faktor turunan atau genetis melainkan diajarkan secara intensif dalam kehidupan sosial manusia.

Ada satu alasan mengapa sifat binatang teraplikasi dalam tingkah manusia. Secara biologis memang ada kemiripan antara manusia dengan binatang. Manusia makan binatang pun makan. Manusia melakukan seks binatang juga sama.

Bahkan, para penganut Darwinis-Sosialis telah mencap secara gamblang manusia memang binatang karena manusia memang memiliki nenek moyang binatang. Hanya evolusilah yang telah membawa manusia pada sebuah peradaban. Maka tidak heran jika sifat-sifat binatang teraplikasi dalam diri manusia. Jelas sekali teori para penganut evolusi dan Darwinis bertolak belakang dengan teori Thomas Aquinass yang mewakili kaum relijius.

Alasan ini --mengapa manusia mirip binatang, mungkin hanya berlaku bagi para penganut teori evolusi. Thomas Hobbes pernah berpendapat dalam lingkungan yang tercabik-cabik, pertikaian,
perang, dan kekacauan berlaku di sana hukum binatang. Hukum binatang adalah hukum tanpa aturan. Wabah yang diakibatkan oleh hukum tanpa aturan ini terus dan akan selalu menyebar dengan varian-varian baru.

Dalam kondisi perang dan pertikaian yang mengedepankan hukum tanpa aturan membunuh pun dihalalkan. Homo Homini Lupus Bellum Omnium contra omnes. Hobbes memang dilahirkan dalam lingkungan di mana kondisi perang sedang berkecamuk maka tidak salah jika pendapatnya dibenarkan oleh sebagian orang. Apresiasi Hobbes terhadap kondisi di mana dia berada tidak perlu disalahkan oleh kita. Toh, kita pun yang hidup di zaman modern ini masih disuguhi oleh atraksi-atraksi topeng monyet dalam segala bidang kehidupan.

Pandangan kebinatang yang melekat pada manusia memang telah tertanam sejak dulu. Dalam Illiad kita membaca seorang pahlawan memang harus memiliki dua sifat. Dewa dan binatang. Bentuk utuh manusia tangguh dan pinilih adalah memang manusia yang harus bisa memadukan dua sifat itu. Hanya saja kurang sempurna jika dua sifat itu tidak dibatasi dan diimbangi oleh nurani.

Dewa memang tangguh dan baik serta diluputi oleh potensi kebaikan. Namun, bukankah dewa-dewa zaman Yunani kuno itu seperti yang dilukiskan oleh Plato ibarat para anak kecil yang cengeng, suka meributkan masalah remeh-temeh, sesekali para dewa pun berperang dan saling hujat satu sama lain. Artinya, toh tetap saja dewa pun masih memiliki sifat binatang.

Dalam kondisi teori ini maka kebinatangan akan mengendalikan kedewaan. Tetap saja yang paling memengaruhi dalam kehidupan manusia adalah kebinatangan tanpa nurani. Pantas rasanya jika sifat-sifat binatang telah teraplikasi dalam kehidupan manusia. Kita menyebut zaman ini sebagai zaman kemenangan binatang!

Mayoritas manusia boleh saja menghujat habis-habisan Darwinisme Sosial namun tidakkah kita melihat paham tersebut telah menjadi pemenang di zaman kita. Manusia setengah dewa setengah binatang bukan hal baru lagi di zaman kita. para pemimpin ibarat srigala-srigala lapar. Sementara rakyat yang dipimpinnya tak ada bedanya dengan kambing-kambing conge.

Hedonisme, paham yang sebetulnya menekankan pada kebahagiaan batin atau ataraxia telah dikonversikan ke dalam tindakan dan cara-cara binatang. Paham ini telah menjadi hedonisme jasmaniah. Mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas dalam masalah lahiriah semata. Epikuros mungkin akan marah besar jika melihat hedonismenya telah beralih fungsi dari batiniah ke jasmaniah. 

Penghalalan segala cara adalah ciri dari hedonisme --badaniah ini. Pantas jika Jeremy Bentham menyebut paham ini hanya berlaku bagi 'babi'. Nah, maukah kita disebut binatang.

Menipisnya Lapisan Ozon, Ancaman Bagi Umat Manusia

Beberapa pekan lalu, Badan Meteorologi Inggris memberitakan bahwa hingga akhir abad ini temperatur di Inggris bisa mencapai 46 derajat Celsius. Suhu yang sama juga dialami oleh warga Kuwait di Timur Tengah. "Hingga tahun 2100, gelombang panas juga akan terjadi di Inggris setiap tahun, atau beberapa kali dalam setahun," demikian menurut Badan Meteorologi Inggris. Fenomena kenaikan suhu ini telah membuat khawatir para pengamat lingkungan hidup. Data menunjukkan bahwa akhir-akhir ini suhu bumi telah naik antara 2 hingga 5 derajat Celsius. Angka ini terlihat kecil dan tidak ada artinya. Namun sesungguhnya, ada bahaya besar yang tengah mengancam bumi.

Para peneliti masalah lingkungan hidup menyatakan, kenaikan suhu bumi meski hanya sebesar 2 derajat celsius, bisa menyebabkan produksi pertanian di dunia menurun hingga seperempatnya. Bisa dibayangkan, semakin panas suhu bumi, akan semakin berkurang pula produksi pangan. Dalam kondisi seperti ini, hanya orang-orang kaya yang bisa memperoleh makanan sementara orang-orang miskin akan kelaparan. Akibatnya bahaya kelaparan massal akan melanda bumi. Salah satu penyebab utama naiknya suhu bumi adalah menipisnya lapisan ozon.


Pada tahun 1985, para peneliti lingkungan hidup menemukan bahwa lapisan ozon telah berlobang dan setelah melakukan penelitian, mereka menyimpulkan bhwa berlubangnya lapisan ozon ini disebabkan oleh terlalu banyaknya gas CFC (chloro-fluoro-carbon) di udara. Gas CFC yang berkumpul di bagian atas atmosfer akan berinteraksi dengan pantulan cahaya matahari sehingga merusak lapisan ozon. Padahal, lapisan ozon bagaikan penyaring atau peneduh raksasa, yang melindungi tanaman, hewan, termasuk manusia dari radiasi ultraviolet B (UV-B) berbahaya yang dipancarkan matahari ke permukaan bumi.

Radiasi langsung ultraviolet UV-B adalah radiasi yang mematikan dan berbahaya. Lapisan ozon menyaring kira-kira 70-90 persen bagian ultra-violet yang tidak terlalu merusak. Akibat radiasi ultraviolet UV-B respon kekebalan tubuh manusia akan berkurang sehingga timbul penyakit kulit, campak, chicken pox, herpes, malaria, leishamaniasis, TBC, kusta, dan infeksi jamur, seperti candidiasis. Selain itu, radiasi UV-B juga menimbulkan kerusakan lingkungan, mulai dari putusnya rantai makanan pada ekosistem akuatik di laut sampai menurunnya produktivitas tanaman, selain kerusakan material pada bangunan dan benda-benda lainnya yang terbakar sinar matahari.


Pada tahun 1987, yaitu dua tahun setelah ditemukannya lobang ozon untuk pertama kali, ditandatanganilah Protokol Montreal. Dalam protokol tersebut disetujui pembekuan produksi CFC pada 1986 dan penurunan produksi secara bertahap sampai tahun 2000. Namun, protokol ini tidak banyak berpengaruh karena umat manusia masih terus memrpodksi gas CFC. Akibatnya, saat ini, lobang ozon telah membesar hingga ukurannya lebih luas dari benua Amerika.


Karena itulah, dewasa ini berbagai lembaga di dunia melakukan langkah-langkah untuk mengurangi produksi gas CFC. Antara lain, bisa kita lihat usaha yang dilakukan Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Regional Kalimantan bersama United National Devlopment Programme (UNDP). Kedua lembaga itu baru-baru ini menandatangani kontrak kerjasama dengan pemerintah daerah Kalimantan untuk bersama-sama melindungi menipisnya lapisan ozon itu.

Salah satu program yang dicanangkan oleh kedua lembaga itu adalah program penghapusan choloro fluoro carbon (CFC) di sektor peralatan pendingin. Program ini dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan dan bantuan kepada bengkel-bengkel servis peralatan pendingin, agar dapat mengelola CFC. Bengkel-bengkel servis peralatan pendingin akan diberi bantuan alat berupa tabung penyedot CFC agar tidak terlepas ke udara.

Meski usaha tersebut positif, namun secara umum, penggunan CFC di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut penelitian Yayasan Konsumen Indonesia, pada tahun 1991, misalnya, penggunaan CFC di Indonesia antara lain untuk kasur busa, kosmetika, pestisida rumah tangga, pelarut dan pembersih, AC, lemari es dan pendingin. Data menunjukkan bahwa penggunaan CFC di Indonesia makin meningkat tiap tahun, yaitu rata-rata sebesar 16,6% setiap tahunnya.


Apabila proses pemanasan global akibat menipisnya lapisan ozon ini terus dibiarkan, selain kerugian dari sisi kesehatan, umat manusia juga akan mengalami kerugian materil. Diperkirakan, dalam satu dekade ke depan kerugian yang akan diderita umat manusia mencapai 7 triliun US$, atau sekitar Rp 63.000 triliun, jika pemerintahan di seluruh dunia tidak melakukan tindakan apa-apa untuk mencegah pemanasan global ini. Hitung-hitungan kerugian ekonomi akibat pemanasan global itu dilansir oleh Sir Nicholas Stern, mantan Ketua Ahli Ekonomi Bank Dunia setelah melakukan penelitian mengenai masalah ini. Untuk itu, Stern, mengingatkan agar dunia menggalang kerja sama internasional dalam upaya mencegah dampak buruk pemanasan global ini.


Paul Newman, seorang peneliti dari NASA menyatakan, jika dunia mulai hari ini bersama-sama berupaya menghentikan produksi gas CFC, pada tahun 2020 hingga 2025, lobang ozon akan mulai mengecil dan dalam 70 tahun sesudahnya, lobang ozon itu akan tertutup kembali. Tentu saja, prediksi ini hanya bisa menjadi kenyataan bila umat manusia sedunia, terutama kalangan industri, memiliki kesadaran untuk bersama-sama menjaga keselamatan lingkungan hidup demi kelangsungan hidup umat manusia. Kita bisa memulai dari rumah kita sendiri, yaitu hemat energi dan selalu menggunakan peralatan-peralatan rumahtangga yang bebas CFC.

Sumber : http://lumajang.net/?ars=180

Latihan BAB IV (deduksi) dari Buku Argumentasi dan Narasi karya Gorys Keraf no 1 – 5.

1. Apa yang akan anda simpulkan dengan meggunakan data-data berikut ini :
a. Hasil tahun pertama pelita I bagi Departemen PUTL adalah anggaran yang ditetapkan Rp 33.690.000.000,- sebelum habis tahun anggaran itu sudah habis dipakai, sebab itu departeman ini mendapatkan tambahan anggaran sebesar Rp. 6.365.000.000,-

Dapat ditarik kesimpulan dana yang ada pada tahun pelita I dengan Rp 33.690.000.000 telah habis dipakai dan mendapatkan tambahan anggaran sebesar Rp 6.365.000.000 yang dimiliki oleh departemen sekarang dana itu diperoleh sebelum habis tahun.

b. Departemen P & K
Anggaran belanja yang ditetapkan Rp. 5.500.000.000,-. Dalam bulan Februari 1970 baru digunakan Rp. 2.500.000.000,-

Dilihat dari data diatas dapat diambil kesimpulan yang telah di belanjakan oleh Depertemen P & K pada bulan Februari Rp. 2500.000.000 sedangkan anggarannya yaitu Rp. 5.500.000.000 maka dana yang dimiliki Depertemen P & K setelah di belanjakan sebesar Rp. 3.000.000.000,-

c. Departemen pertanian :
Anggaran yang ditetapkan Rp 6.697.948.200,-
Terpakai Rp 6.675.415.470,-

Maka dapat disimpulkan Depertemen Pertanian memiliki anggaran yang telah ditetapkan sebesar 6.697.948.200,- dana anggaran tersebut telah digunakan sebesar Rp. 6.675.415.470 maka sisa anggaran tersebut adalah sebesar Rp 22.532.730,- .

2. Jalan pikiran dibawah ini menggunakan corak penalaran yang mana ?
Benarkah proses penalaran ini ?
a. Untuk memahami seorang pemabuk, maka seorang penyelidik harus minum sampai mabuk .

Penaralan ini masuk ke Silogisme Hipotesis, dan Proses Penalaran ini tidak benar.

b. Pemerintahan berkewajiban mejaga keselamatan jiwa raga bangsa Indonesia. Untuk menjaga keselamatan jiwa raga bangsa dan moral bangsa, pemerintahan berhak mengadakan sensor terhadap film-film. Untuk itu pemerintah membentuk panitia sensor yang bertugas mensensor semua film. Sebab itu apapun keputusan panitia, harus diterima oleh semua rakyat Indonesia.

Penalaran ini masuk ke Silogisme Kategorial dan Proses dari penalaran tersebut Benar

c. Mereka yang melakukan korupsi juta rupiah atas uang Negara, diminta untuk menyelesaikan pekaranya diluar pengadilan. Orang–orang semacam itu bisanya orang yang berada dan berkedudukan tinggi. Mat Bagong ditangkap , dipukul dan ditahan berbulan-bulan karna memalsukan kuitansi pengobatan dengan selisih Rp. 150,- ia akhirnya dijatuhi hukuman penjara tiga bulan. Sebab itu lebih baik mengkorup uang jutaan rupiah daripada memalsukan kuitansi yang berjumalah Rp. 150,-

Penalaran yang diatas termasuk penalaran Deduksi dan Proses dai Penalaran ini Tidak Benar.
3. Tetapkan jenis silogisme berikut :
a. Tiap orang Indonesia termasuk pembayaran pajak atau tidak. Ia adalah pembayar pajak. Sebab itu, ia tidak termasuk orang Indonesia yang tidak membayar pajak .

Jenis Silogisme yang diatas adalah Silogisme Hipotesis

b. Seorang yang dikuasi oleh kemarahan akan kehilangan akal sehatnya. Pak sabar tidak pernah marah sesaat pun. Sebab itu ia tidak pernah kehilangan akal sehatnya.

Jenis silogisme diatas adalah Silogisme Kategoria.

c. Mereka yang dari lahirkaya tidak mebayangkan bagaimana menjadi orang miskin. Pak Karta adalah orang yang tidak kaya dai kelahiran. Sebab itu ia bias membayangkan betapa menjadi oang miskin.

Jadi jenis silogisme pada point c adalah Silogisme Alternatif.

d. Semua yang masuk perguruan tinggi adalah Mahasiswa. Bejo adalah seorang yang masuk perguruan tinggi. Sebab itu Bejo adalah seorang Mahasiswa.

Jenis Silogisme pada Point d adalah termasuk Silogisme Kategorial.

4. “ karena semua pesawat Garuda yang saya tumapangi adalah pesawat yang bermesin yet, maka semua pesawat milik Garuda adalah pesawat bermesin yet . “
Yang mana dari penalaran berikut paling mirip dengan penalaran diatas ? Jelaskan !
a. Karena semua mahasiswa yang telah saya jumpai adalah orang-orang yang cerdas, maka tampak hanya sedikit yang akan gagal dalam ujian

Kalimat dari penalaran point a Tidak mirip karena dari kalimat tersebut tidak saling berkaitan

b. Semua bahasa didunia yang pernah saya pelajai memiliki kata seru : kata seru ini memiliki unsure primitive dari bahasa yang bentuk kalimat yang masih betahan

Kalimat penalaran point b Tidak mirip dengan penalaran yang diatas karena keduanya tidak saling berkaitan.

c. Karena semua novel yang ditulisnya cenderung bernada seks, maka agaknya ia tertarik dengan masalah seks

Penalaran diatas Mirip dengan penalaran yang di atas karena keduanya saling berkaitan.

d. Karena semua buruh di perusahan itu rajin melaksanakan tugasnya, maka semuanya adalah buruh yang penuh tanggung jawab

Penalaran Point d Tidak Mirip dengan penalaan di atas karena kalimat penalaran tersebuat tidak saling berkaitan.
e. Karena semua kapal yang pernah saya tumpangi memberikan pelayanan yang sangat memuaskan maka semua kapal sangat memuaskan servisnya.

Penalaran Point e Mirip dengan penalaran diatas karena kalimat penalaran tersebut keduanya saling berkaitan.

5. Peluaslah entimem berikut menjadi sebuah silogisme !
a. Ia seorang Negara yang baik, sebab setiap ada aksi-aksi social untuk kepentingan bangsa ia selalu ikut .
Silogisme kategorial
Mayor : Seorang warga yang baik adalah selalu ikut setiap ada aksi-aksi social untuk kepentingan bangsa.
Minor : Ia adalah seorang warga yang baik.
Konklusi :Sebab itu,ia selalu ikut setiap ada aksi-aksi sosial untuk kepentingan bangsa.

b. Ia pasti seorang ahli dalam bidang matematik, karena ia mengajar metmatika di fakultas,
Silogisme kategorial
Mayor : Siapa saja yang ahli dalam bidang matematik adalah yang mengajar matematik di fakultas tesebut
Minor : Ia adalah seorang yang ahli dalam bidang matematik.
Konklusi : Sebab itu, ia mengajar matematik di fakultas tersebut ahli dalam bidang matematik.

c. Kita harus mmbantu usaha peri kemanusiaan yang telah di cetuskan oleh presiden, karena usaha ini merupakan jalan yang paling baik untuk memanjukan putra-putri Irian Jaya.
Silogisme kategorial
Mayor : Usaha peri kemanusiaan yang telah dicetuskan oleh pesiden adalah untuk memajukan putra-putri Irian Jaya.
Minor : Usaha itu merupakan jalan yang paling baik.
Konklusi : Usaha itu merupakan jalan yang paling baik untuk memajukan putra- putri Irian Jaya.

d. Mereka menerima syarat pekejaan itu karena mengandung pasal-pasal yang memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya.
Silogisme kategorial
Mayor : Syarat kerja itu mengandung pasal-pasal yang memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya
Minor : Mereka menerima syarat kerja itu.
Konklusi : Mereka menerima syarat kerja itu yang mengandung pasal-pasal yang memberikan harapan untuk perbaikan nasibnya.

e. Ia pasti berhasil dalam dunia usaha internasional, karena ia menguasai lima bahasa dunia.
Mayor : berhasil dalam dunia usaha internasional.
Minor : Ia menguasai 5 bahasa dunia
Konklusi : sebab itu, Ia pasti berhasil dalam dunia usaha internasional.

f. Ia harus memasuki perguruan tinggi , karena ia berbakat.
Mayor : Jika berbakat, maka ia harus memasuki perguruan tinggi.
Minor : Ia berbakat
Konklusi : Sebab itu, Ia harus memasuki perguruan tinggi.

Paragraf Generalisasi, Analogi, dan Hubungan Kausal (Sebab-Akibat)


Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili
Contoh :
  1.  Pemerintah telah menjadikan Pulau Komodo sebagai habitat pelestarian komodo. Di Ujung Kulon, pemerintah mebuat cagar alam untuk pelestarian badak bercula satu. Selain itu, sejumlah Undang-Undang dibuat untuk melindungi hewan langka dari incaran pemburu. Banyak cara yang telah dilakukan pemerintah untuk melestarikan hewan-hewan langka.
  2. Setelah karangan anak-anak kelas 6 diperiksa, ternyata Iman, Selamet, Enal, dan Deri mendapat nilai 90. Anak-anak yang lain mendapat 75. Hanya Toni yang mendapatkan nilai 60 , dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang dari 60. Bisa dikatakan, anak kelas 6 cukup pandai mengarang.
Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.
Contoh :
  1. Para atlet memiliki latihan fisik yang keras guna membentuk otot-otot yang kuat dan lentur. Demikian juga dengan tentara, mereka memerlukan fisik yang kuat untuk melindungi masyarakat. Keduanya juga membutuhkan mental yang teguh untuk bertanding ataupun melawan musuh-musuh di lapangan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan tentara harus memiliki fisik dan mental yang kuat.
  2. Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
Paragraf hubungan sebab akibat (hubungan kausal) adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.
Contoh : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.

Menulis Merupakan Proses Bernalar

Menulis merupakan salah satu kegiatan manusia untuk mencurahkan atau menumpahkan segala sesuatu yang ada dalam pikirannya. Menulis juga merupakan cara mengekspresikan keadaan atau kondisi yang sedang dialami oleh seseorang. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari menulis tadi, bahkan juga hasil tulisan tersebut bisa mendatangkan rezeki bagi para penulisnya.. Anda tentu masih ingat bagaimana larisnya novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan yang lainnya, sampai-sampai kisah dalam novel tersebut di angkat kisahnya
Tentunya menulis yang baik itu membutuhkan proses yang benar,alias tidak asal-asalan agar sesuai dengan tujuan dan tidak sampai orang lain salah tanggap dengan hasil tulisan kita. Perlu pemikiran yang benar dan ilmu yang tepat sehinngga hasil tulisan tersebut dapat bermanfaat. Disinilah nalar kita akan digunakan untuk mencerna mana yang baik dan mana yang kurang baik. Dari hasil bernalar itu, manusia menuangkannya ke dalam suatu media yang dianggap tepat untuk hasil penulisannya itu.
Penalaran sendiri merupakan proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Dari uraian singkat di atas, dapat disimpulkan menulis merupakan suatu proses bernalar, karena merupakan proses berpikir dalam mencerna sesuatu yang dihasilkan dari pengamatan panca indera kita. Jika saja kita tak menggunakan nalar kita dalam menulis sesuatu, tidak mustahil hasil tulisan kita tidak akan memberikan manfaat bahkan membuat orang bisa salah paham dengan apa yang kita tulis.