Teori tingkah laku konsumen: Pilihan konsumen

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan menjadi dua macam pendekatan: Pendekatan nilai guna Utility kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Dalam pendekatan utility cardinal dianggap manfaat atas kenikmatan dirasakan secara kuantitatif. Sedangkan dalam nilai guna ordinal kenikmatan tidak dikuantifikasi, tingkah laku konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya ditunjukkan dengan bantuan Kurva Kepuasan Sama, yaitu kurva yang menggambarkan gabungan barang yang akan memberikan nilai guna(kepuasan) yang sama.
Analisis Utilitas
Didalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna ( utilitas ). Kalau kepuasan itu semakin tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya.
Hipotesa utama dalam teori niali guna dikenal sebagai hukum nilai marginal yang semakin menurun, yang berbunyi :
Tambahan nilai guna yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebutterus menerus menambah konsumsi atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan niali guna akan menjadi negatif, yaitu apabila konsumsi atas barang tersebut ditambah satu unit lagi, maka nilai guna total akan menjadi semakin sedikit.
Makna dari hipotesa tersebut :
Pertambahan yang terus menerus dalam mengkonsumsi suatu barang tak secara terus menerus menambah kepuasan dari orang yang mengkonsumsinya. Pada permulaannya setiap tambahan konsumsi akan mempertinggi tingkat kepuasan orang tersebut.


Nilai guna dibedakan menjadi:
1. Nilai guna total
Yaitu: jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.
2. Nilai guna marginal
Yaitu: pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari penggunaan satu unit barang tertentu.
 

Pengantar teori Mikroekonomi edisi ketiga,oleh Sadono Sukirno

Pengertian Franchise dan Franchise di Indonesia


Franchising (pewaralabaan) pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Dengan demikian, franchising bukanlah sebuah alternatif melainkan salah satu cara yang sama kuatnya, sama strategsinya dengan cara konvensional dalam mengembangkan usaha. Bahklan sistem franchise dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan managemen, keculai kerelaan pemilik merek untuk berbagi dengan pihak lain. Franchising juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan franchisee.

Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70an ketika masuknya Shakey Pisa, KFC, Swensen dan Burger King. Perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai sekitar 1995. Data Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan penerima waralaba di Indonesia. Setelah itu, usaha franchise mengalami kemerosotan karena terjadi krisis moneter. Para penerima waralaba asing terpaksa menutup usahanya karena nilai rupiah yang terperosok sangat dalam. Hingga 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang belum stabili ditandai dengan perseteruan para elit politik. Barulah pada 2003, usaha franchise di tanah air mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine Company, produsen mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh perusahaan otomotif General Motor Industry yang melakukan penjualan kendaraan bermotor dengan menunjuk distributor franchise pada tahun 1898. Selanjutnya, diikuti pula oleh perusahaan-perusahaan soft drink di Amerika sebagai saluran distribusi di AS dan negara-negara lain. Sedangkan di Inggris waralaba dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg pada dekade 60an.


Definisi:
Masing-masing negara memiliki definisi sendiri tentang waralaba. Amerika melalui International Franchise Association (IFA) mendefinisikan franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchise, dimana franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontinyu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau kontrol pemilik (franchisor), dimana franchisee menamankan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri.
Sedangkan menurut British Franchise Association sebagai garansi lisensi kontraktual oleh satu orang (franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan:

Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor.
Mengharuskan franchisor untuk melatih kontrol secara kontinyu selama periode perjanjian.
Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada subjek bisnis yang dijalankan—di dalam hubungan terhadap organisasi usaha franchisee seperti training terhadap staf, merchandising, manajemen atau yang lainnya.
Meminta kepada franchise secara periodik selama masa kerjasama waralaba untuk membayarkan sejumlah fee franchisee atau royalti untuk produk atau service yang disediakan oleh franchisor kepada franchisee.

Sejumlah pakar juga ikut memberikan definisi terhadap waralaba. Campbell Black dalam bukunya Black’’s Law Dict menjelaskan franchise sebagai sebuah lisensi merek dari pemilik yang mengijinkan orang lain untuk menjual produk atau service atas nama merek tersebut.

David J.Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah sistem pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor.

Sedangkan menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise definisikan sebagai sebuah kontrak atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang (franchisor) seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk menggunakan barang (merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati.

Selain definisi menurut kacamata asing, di Indonesia juga berkembang definisi franchise. Salah satunya seperti yang diberikan oleh LPPM (Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen), yang mengadopsi dari terjemahan kata franchise. IPPM mengartikannya sebagai usaha yang memberikan laba atau keuntungan sangat istimewa sesuai dengan kata tersebut yang berasal dari wara yang berarti istimewa dan laba yang berarti keuntungan.

Sementara itu, menurut PP No.16/1997 waralaba diartikan sebagai perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa. Definisi inilah yang berlaku baku secara yuridis formal di Indonesia.




Franchise, Bisnis Populer Saat Ini

Franchise, Bisnis Populer Saat Ini
Pada zaman yang serba maju dan modern ini,semakin sulit orang mendapatkan pekerjaan. Persaingan untuk mendapatkan sebuah job, semakin ketat. Tak bisa dipungkiri, masyarakat Indonesia kebanyakan masih berorientasi bahwa mencari pekerjaan adalah prioritas utama, padahal tidak demikian. Pada era globalisasi saat ini, kita dituntut tidak hanya mencari pekerjaan, tapi juga menciptakan pekerjaan, baik bagi diri kita maupun bagi orang lain. Namun memang, tak setiap orang mempunyai jiwa entrepreneurship serta memiliki ide-ide kreatif untuk merubah orientasi kolot tersebut. Bagi Anda yang memiliki kemauan untuk menelurkan ide-ide kreatif dan mempunyai modal yang cukup, bisnis franchise bisa menjadi pilihan untuk membuat Anda menjadi orang sukses.
Namun, ada baiknya kita mengetahui apa itu yang dimaksud dengan franchise. Banyak sekali pengertian tentang franchise, diantaranya :
- suatu kemitraan dimana pengusaha yang kuat ( mempunyai merek dagang ternama ) serta mempunyai rahasia dagang dan ingin mengembangkan usahanya.
- merupakan salah satu bentuk format bisnis dimana pihak pertama yang disebut franchisor memberikan hak kepada pihak kedua yang disebut franchisee untuk mendistibusikan barang/jasa dalam lingkup area geografis dan periode waktu tertentu mempergunakan merek, logo, dan sistem operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh franchisor. Pemberian hak ini dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba (franchise agreement).
- Hak untuk memasarkan barang-barang atau jasa perusahaan (co’s goods and services) dalam suatu wilayah tertentu, hak tersebut telah diberikan oleh perusahaan kepada seorang individu, kelompok individu, kelompok marketing, pengecer atau grosir.
Lalu ada unsur-unsur franchise, sebagai berikut :
• Adanya minimal 2 pihak, yaitu pihak franchisor dan pihak franchisee. Pihak franshisor sebagai pihak yang memberikan franchise sementara pihak franshisee merupakan pihak yang diberikan/ menerima franshise tersebut;
• Adanya penawaran paket usaha dari franchisor,
• Adanya kerja sama pengelolaan unit usaha antara pihak franchisor dengan pihak franchisee,
• Dipunyaianya unit usaha tertentu (outlet) oleh pihak franchisee yang akan memamfaatkan paket usaha miliknya pihak franchisor,
• Seringkali terdapat kontrak tertulis antara pihak franchisor dan pihak franchisee.
Di Indonesia sendiri, frnchise merupakan sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Dengan demikian, franchising bukanlah sebuah alternatif melainkan salah satu cara yang sama kuatnya, sama strategsinya dengan cara konvensional dalam mengembangkan usaha. Bahklan sistem franchise dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan manajemen, keculai kerelaan pemilik merk untuk berbagi dengan pihak lain. Franchising juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui tangan-tangan franchise.
Sudah banyak bisnis franchise di Indonesia, yang paling terkenal bagi kita mungkin Indomart dan Alfamart. Bisnis ini mencakup berbagai segmentasi pasar, sehingga menjadi bisnis yang menggiurkan untuk dikembangkan. Memang, dibutuhkan modal yang lumayan untuk memulai bisnis ini. Namun, bagi mereka yang memiliki ide kreatif, bahkan mungkin gila, dalam artian positif tentunya, ide tersebut dapat menjadi modalnya. Omset yang didapat bermacam-macam, dari yang sejutaan sampai puluhan juta. Wow..menggiurkan bukan? Anda tertarik? Kembangkanlah ide-ide kreatif Anda. Jangan pernah takut gagal, karena kegagalan akan dialami oleh setiap orang yang sedang berjuang, dan merupakan salah satu kunci sukses untuk berhasil. Dan jangan lupa selalu berdo’a kepada Tuhan, perjuangan tanpa do’a juga merupakan hal yang tidak baik, karena semua yang kita terima selama ini merupakan pemberian dari Tuhan.
Sumber :
http://lovetya.wordpress.com/2008/12/24/leasing-franchise/ http://forum.vibizportal.com/showthread.php?p=6737

Rokok, Racun Yang Disukai


Pernahkah Anda melihat pada bungkus ataupun pada iklan rokok, sebuah tulisan peringatan  “  merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin “?, sering tentunya. Berbagai macam penyakit yang dapat timbul dengan mengkonsumsi rokok, ‘cemilan’ sehari-hari bagi sebagian masyarakat di sekitar kita, tertuang di tulisan tersebut. Bila Anda berpikir secara sehat, betapa mengerikan bukan, feedback yang ditawarkan oleh rokok tersebut. Semuanya itu dapat menyebabkan kematian, sesuatu yang sebagian besar orang tidak inginkan! Wow..,luar biasa!
Aneh tapi nyata, sumber penyakit itu berkeliaran di dekat kita, tanpa dapat kita sadari atau pun kita larang agar orang- orang berhenti untuk mengkonsumsi rokok. Padahal, bahaya perokok pasif alias bagi orang yang tidak merokok, justru lebih besar daripada orang yang mengkonsumsi rokok tersebut. Timbul berbagai pertanyaan yang mungkin muncul, “apa untungnya sih, merokok?”, “kenapa orang-orang menyukai rokok?”, “apa mereka tidak tahu, bahaya yang disebabkan oleh rokok?”, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang berputar-putar di kepala kita.
Ada berbagai alasan mengapa orang-orang tersebut menyukai barang yang seharusnya dijauhi. Pertama, bagi seorang laki-laki, merokok dapat menunjukkan bahwa dia merupakan laki-laki sejati. Lihatlah iklan-iklan yang ditayangkan produsen rokok, seolah-olah orang yang merokok itu mempunyai nilai lebih bagi laki-laki tersebut. Tapi, benarkah demikian? Mungkin benar, karena bagi orang yang merokok akan lebih mudah terkena penyakit yang telah disebutkan di atas tadi.
Alasan yang kedua, rokok sudah menjadi budaya dan warisan. Budaya dan warisan? Benarkah seperti itu?. Mari kita lihat sekeliling kita. Seringkah Anda melihat pemandangan tanpa melihat orang yang merokok, terutama di kota-kota besar? Rasanya sulit sekali untuk mancari pemandangan seperti itu. Rokok sudah menjadi budaya bagi kita, dan warisan dari orang-orang sebelum kita. Mungkin hanya sedikit, orang tua yang merokok, tetapi anaknya tidak, dalam hal ini kasusnya adalah anak laki-laki. Dan mungkin masih banyak alasan lain yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi.
Sudah tidak sayangkah kita, pada diri dan lingkungan kita sendiri? Sedemikian parahkah, kesadaran orang-orang akan bahaya merokok? Saya yakin, orang tidak butaa akan tulisan yang ada pada iklan atau bungkus rokok. Satu hal yang paling mudah, mulailah dari diri sendiri untuk lebih mengharagai kesehatan yang diberikan oleh Tuhan, seraya berdo’a agar orang-orang di sekitar kita sadar, betapa bahayanya akibat yang akan timbul bila mengkonsumsi rokok.

Lebaran, Sebuah Fenomena Menarik di Indonesia

Lebaran, sebutan lain bagi orang Indonesia untuk hari raya Idul Fitri, bila kita sering perhatikan, akan menjadi sesuatu yang menarik untuk diperhatikan. Mengapa demikian? Salah satu contohnya, pernahkah terpikirkan oleh Anda, apa alasan bagi kebanyakan orang membeli sebuah baju baru pada saat bulan Ramadhan, khususnya pada saat-saat menjelang Ramadhan berakhir? “ Untuk lebaran “, mungkin jawaban seperti itulah yang akan Anda terima. Atau jangan-jangan Anda sendiri bila diajukan pertanyaan demikian, akan menjawab hal yang sama.
Di Indonesia, hal-hal menarik seperti itu memang kerap terjadi. Salah satu contoh lain adalah tradisi mudik. Mungkin di negara lain, tradisi seperti ini jarang atau bahkan tidak menarik untuk di bahas. Mengapa membeli baju harus pada saat akan menjelang lebaran? Apakah sudah menjadi suatu kewajiban, bahwa setiap lebaran harus membeli baju baru? Apakah harus membeli atau membuat kue-kue? Mungkin seperti itulah berbagai pertanyaan yang ada di benak Anda ketika melihat bagaimana masyarakat berlomba-lomba menyerbu toko-toko, baik itu pakaian, kue, dan lain-lain.
Sepertinya semua sudah setuju bahwa pada saat lebaran kita harus memakai baju baru, atau membuat kue-kue. Alasan-alasan seperti inilah yang mungkin menjadi dasar bagi para pedagang, baik yang memang sudah lama menjadi pedagang atau bahkan yang mendadak menjadi pedagang untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya. Dimana-mana pasar kaget, atau apa pun namanya, yaitu pasar yang hanya ada pada saat bulan Ramadhan, bermunculan. Di pasar seperti inilah, harga yang ditawarkan sangat bersahabat bagi masyarakat Indonesia yang kebanyakan berada di level menengah ke bawah. Walaupun begitu, toko-toko yang sudah mempunyai nama pun, tak ketinggalan diserbu oleh para pemburu baju baru. Bahkan ada sebuah pemandangan unik pada sebuah toko yang memang sangat diminati, khususnya kalangan anak muda, ketika kita memasuki toko itu, ternyata kita hanya diberi waktu setengah jam untuk membeli atau sekedar melihat-lihat. Kapan ini terjadi? Ya, pada saat menjelang lebaran. Bila harus mengutip kata-kata yang diucapkan presenter sebuah stasiun televisi swasta, maka saya pun akan berucap, “ini nyata, hanya di Indonesia”.

ANALISIS JURNAL : PENGARUH BIAYA PROMOSI DAN BIAYA DISTRIBUSI TERHADAP PENJUALAN PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk.

Didin Mukodim
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Latar Belakang
Dunia usaha, baik produksi maupun jasa selalu dihadapkan dengan persaingan. Untuk mengatasi persaingan, perusahaan menempuh berbagai cara dan strategi untuk menyampaikan hasil produksinya dengan cepat, tepat, cermat, hemat dan memuaskan ke tangan konsumen. Strategi pemasaran juga disesuaikan dengan kemampuan dana perusahaan melalui bauran pemasaran, yaitu faktor produk, harga, distribusi, dan pemasaran. Kegiatan pemasaran harus dilakukan sesuai dengan tujuan perusahaan, yaitu memperoleh keuntungan dengan mengadakan kegiatan promosi yang terarah, terencana, dan terpadu, sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi lebih efisien.

Masalah
Promosi yang tidak terkendali akan menurunkan tingkat penjualan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk promosi merupakan pemborosan, suatu hal yang tidak diinginkan suatu perusahaan. Sedangkan saluran distribusi dipakai oleh semua perusahaan untuk memproduksi barang dengan kualitas yang baik, namun ada pula yang gagal memenuhi target pasarnya. Keadaan ini disebabkan karena kebijakan distribusi yang kurang tepat sehingga barang yang dihasilkan kurang laku dipasar dan menyebabkan banyak konsumen merasa kurang puas. Dengan demikian saluran distribusi memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Tujuan
Pada penulisin ini akan dianalisis mengenai pengaruh biaya promosi dan distribusi terhadap penjualan pada produk-produk PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.


Hasil
Dari hasil perhitungan uji korelasi diperoleh bahwa nilai signifikan biaya promosi sebesar 0.000 dan nilai signifikan untuk biaya distribusi sebesar 0.004, maka biasa dikatakan nilai p = 0.000 atau p < 0.05 yang artinya kedua variabel menolak Ho, dan arah hubungan positif. Hal ini menunjukkan semakin besar biaya promosi dan biaya distribusi akan membuat penjualan pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. cenderung meningkat. Sedangkan dengan menggunakan tabel Anova diperoleh nilai F hitung sebesar 20.906, dan nilai F tabel dengan menggunakan taraf nyata 5% serta df1 = 2 dan df2 = 5 adalah F (0.05, 2.5)= 5.786,maka F hitung = 20.906 > F tabel 5.79, Ho ditolak. Artinya biaya promosi dan biaya distribusi benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap penjualan. Walaupun dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa biaya promosi dan biaya distribusi berpengaruh terhadap tingkat penjualan, tentunya masih ada faktor lain mengingat hasil koefisien penentunya adalah 94.5%, dengan kata lain konsumen akan memilih produk tersebut karena memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.




Metodologi
Obyek penelitian adalah PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. yang beralamat di Gedung Ariobimo Sentral, Jl. H. Rasuna Said, Jakarta. Data yang didapat merupakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui situs internet www.jsx.co.id atau dengan mencari situs dari PT. Indofood Sukses Makmur pada periode 1999-2006.
Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya melalui tabel, grafik dengan menggunakan software SPSS dan analisa kuantitatif, yaitu menganalisis masalah dengan menggunakan teknik-teknik kuantitatif, berikut analisis regresi dan korelasi berganda dengan level signifikansi sebesar 5% atau 0.05 serta menggunakan hipotesa sebagai berikut :
Ho : Tidak ada hubungan antara biaya promosi dan biaya distribusi terhadap penjualan
Ha : terdapat hubungan antara biaya promosi dan biaya distribusi terhadap penjualan
Dengan ketentuan, bila hasil yang diperoleh adalah t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan dan pengaruh antara biaya promosi dan biaya distribusi (variabel bebas) dan penjualan (variabel terikat). Adapun berdasarkan probabilitas, jika probabilitas > 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Perilaku Konsumen

Konsumsi adalah setiap tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan guna ekonomi suatu benda.

Tujuan dari konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia dan memperoleh kepuasan dari pemenuhan tersebut. Sedangkan orang, badan usaha, atau organisasi yang memakai, menggunakan, mengurangi atau menghabiskan guna ekonomi suatu benda disebut sebagai konsumen.

Teori  Konsumsi
Setiap orang atau keluarga mempunyai skala kebutuhan yang dipengaruhi oleh pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya. Makin tinggi pendapatan, makin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya, makin sedikit pendapatan, makin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan digunakan akibatnya tabungan berkurang. 


http://leotobing.files.wordpress.com/2008/12/consumer-behavior.jpg 

Apa yang dimaksud dengan Perilaku Konsumen?
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Rokok A-Mild, Rokoknya Mahasiswa dan Anak Kost




Apakah anda seorang mahasiswa? Kebetulan tinggal di tempat kost? Pernahkah anda melihat teman anda merokok? Atau bahkan mungkin anda adalah seorang perokok? Rokok apa yang biasanya sering anda lihat atau beli? Ya, jawabannya mungkin adalah rokok A-Mild, salah satu jenis rokok hasil produksi PT. Sampoerna. Mengapa bisa demikian? Mari kita sedikit membahas lebih lanjut.

A-Mild merupakan salah satu rokok dengan harga dan kualitas yang sepadan bagi kantong mahasiswa atau anak kost. Anda mungkin pernah bertanya pada teman, atau bahkan anda sering membelinya, berapakah harga satu bungkus rokok A-Mild? Ya, harganya adalah Rp 10.000,00 dengan isi 16 batang rokok, atau bila dihitung harga per batang, menjadi Rp 625,00/buah. Wow..cukup menggiurkan bukan bagi kantong para mahasiswa atau anak kost untuk satu batang rokok dengan harga seperti itu? Memang, para penjual tidak menjual eceran per batang, biasanya minimal 3 batang dengan harga Rp 2000,00. Mungkin bila diibaratkan paket makanan, ini adalah “ pahe “ alias paket hemat. Secara kualitas, bisa dikatakan setara dengan harga, tidak terlalu buruk tetapi juga tidak istimewa. Menurut kebanyakan orang, rasanya enak, walaupun bagi yang belum pernah mencoba, tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya rokok itu. Mungkin hanya asapnya-lah yang sering mereka hirup, dan itu tentu saja tidak termasuk dalam kategori enak.

Merokok sudah menjadi suatu gaya hidup bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi para pria, tak memandang umur, karena sekarang tidak aneh kita sering melihat anak-anak SD sedang merokok. Mungkin inilah salah satu alasan yang dipakai pihak produsen dalam melihat peluang yang ada. Dengan harga terjangkau dan kualitas bisa dikatakan cukup baik, tak heran rokok A-Mild menjadi salah satu rokok terlaris, khususnya di kalangan mahasiswa dan anak kost. Karena sudah kita ketahui sebelumnya, bahwa mahasiswa atau anak kost lebih menyukai sesuatu dengan harga yang terjangkau, sesuai dengan kapasitas saku mereka.

ANALISIS JURNAL : PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PEMILIHAN PORTFOLIO SAHAM DALAM MODEL MARKOWITZ

Wawan Taufiq N. dan Silvia Rostianingsih (2005)


Latar Belakang

Tujuan dasar dari investasi adalah untuk mendapatkan return setinggi mungkin dengan resiko yang paling kecil. Oleh karena itu, para investor melakukan diversifikasi investasi untuk menghasilkan kombinasi yang optimal. Diversifikasi ini menjadi dasar bagi berkembangnya portofolio modern yang digagas pertama kali oleh Harry Markowitz. Pendekatan Markowitz dalam memilih portofolio adalah bahwa investor harus mengevaluasi portofolio berdasarkan return yang diharapkan dan resiko yang diukur dari standar deviasi.

Masalah

Apakah perhitungan dari kombinasi portofolio metode Algoritma Genetika menghasilkan solusi yang lebih baik dibanding metode Quadratic Programming?

Tujuan

Untuk mengetahui apakah hasil dari perhitungan solusi kombinasi portofolio metode Algoritma Genetika lebih baik dibanding metode tradisional Quadratic Programming.

Metodologi

Eksperimen dilakukan dengan menggunakan data sampel dari 5 saham, laludibandingkan dengan hasil yang didapatkan dari penggunaan teknik quadratic programming dengan bantuan sebuah software add-in di MS Excel untuk menunjukan keunggulan optimasi secara simultan terhadap resiko and return. Data tersebut didapatkan selama periode 1/1/1994 sampai dengan 31/1/1995. Model Algoritma Genetika yang digunakan adalah:

.............................................................................................(1)

..................................................................................................(2)

.....................................................................(3)

Hasil

Alokasi proporsi yang didapatkan dengan menggunakan perhitungan metode Quadratic Programming mendapatkan tingkat return sebesar 0.17 dengan resiko minimum sebesar 0.435. Sedangkan alokasi proporsi yang didapatkan dengan menggunakan perhitungan metode Algoritma Genetik mendapatkan tingkat return sebesar 0.49 dengan resiko minimum sebesar 0.372. Dapat disimpulkan bahwa dengan memeperbandingkan keduanya, Algoritma Genetik dapat menemukan solusi yang lebih baik dibanding Quadratic Programming dalam pemaksimalan return dan meminimalisasi tingkat resiko.